Kami Hidup Di dunia yang TAK SEMPURNA

Redza-Resensi-Buku_Tak-Sempurna-Tapi-Bermakna2
cover Novel Tak sempurna

“ aku ingin mendapatkan pendidikan tetapi aku benci sekolah “

(Fahd Djibran, 2013: 13)

“Aku tidak bermaksud menolak sekolah, sebab nyatanya aku sendiri bersekolah, bekerja keras, mengikuti ujian, lulus, dan sekarang mendapatkan ijazah, sertifikat. Aku tidak anti sekolah. Aku hanya ingin kita semua kembali memikirkan tentang itu : Mendefinisikan ulang makna paling dalam dari pendidikan dan mempersoalkan berbagai masalah yang membuat sekolah menjadi dipenuhi kebusukan — sampah-sampah nyata. Sampah-sampah pikiran dan sampah-sampah perasaan. “

Fahd Djibran, 2013:239


 

Rama Aditya Putra. Tak kusangka remaja ini memiliki pemikiran yang sama denganku. Siapa tak kenal Cut Nyak Dien, Pangeran Diponegoro, Bung Karno, Bung Hatta, Tan Malaka, So Hok Gie, Munir atau sederetan nama-nama pahlawan yang memang terlahir untuk memeberontak. Memberontak pada suatu system yang jauh dari kata adil. Membaranya semangat mereka bahkan tak mati digerus zaman. Sedangkan Rama Aditya Putra. Siapa yang mengenalnya? Yah siapa yang mengenalnya? Tak banyak mungkin. JIka kau belum mengenalnya, akan kuceritakan sedikit tentangnya kawan.

Dialah sosok fiktif karya Fahd Djibran dalam novel “Tak Sempurna”. Fahd Dhibran mengemas kehidupan keras remaja dalam novel ini. Membaca novel ini serasa diiringi lagu Bondan prakoso dan Fade2black. Dia menceritakan problemantika remaja. Melalui Rama Aditya putra, dia ceritakan pemberontakan-pemberontakan remaja akan kehidupan sekolah yang tidak bersahabat, atau kehangatan rumah yang tak pernah didapat. Siapa Rama Aditya putra. Inilah sedikit tentangnya.

Rama Aditya putra adalah remaja yang baru memasuki dunia SMA. Dia mungkin satu dari sekian banyak pelajar yang dengan terpaksa membeli mimpi dan ilmu mereka dari sebuah produk yang disebut sekolah. Dia remaja yang bosan dengan segala aktifitas pemaksaan disekolah. Dialah remaja dengan segudang konflik kehidupan remaja yang ia memiliki. Dia bongkar semua cerita tentang kenakalan remaja. Dia umbar alasan alasan dibalik perilaku buruknya remaja masa kini. Narkoba, video porno, tawuran dan segala keburukan yang bisa ditemui dibalik sekolah.

Kamilah anak-anak sampah, seperti kata Tuan dan Puan pemerhati pendidikan, tak punya masa depan! Maka kami ledakkan amarah dan kesedihan kami di jalanan, jadi tawuran atau perkelahian. Kami pecahkan jerawat batu pubertas kami dengan adegan adegan telanjang didepan kamera atau tempat tempat gelap yang rahasia. Kami rayakan kesedihan kami dengan narkoba.

Tapi dimana para orang tua saat kami rindukan kasih sayang mereka? Kenapa mereka selalu sibuk? Dimana pemerintah, penegak hukum dan pemuka agama? Kenapa pelajaran moral tak sungguh sungguh kami dapatkan dari lingkungan kami yang nyata? Di bahu siapa kami harus menangis? Di dada siapa kami bisa menemukan rasa bangga dan rasa percaya?

Fahd Djibran, 2013:240

Dialah remaja yang bersahabat dengan kehidupan anarkhi pelampiasan dari rindunya tawa di rumah. Dia ceritakan kisah kawan-kawannya yang melampiasakan kekesalan yang didapat dari rumah yang tak hangat. Rumah yang membuat sakit. Rumah yang penuh dengan pertengkaran. Rumah yang jauh dari harapan tetapi dekat dengan realita.

Rama. Dalam hatinyapun terdapat pertempuran saat dia harus memilih mana yang baik dan mana yang tidak. Hingga akhirnya semesta mendukungnya pada posisi yang yang buruk. Dia yang terpaksa harus menjadi nakal karena memang kenakalan itulah yang lebih mengerti dirinya ketimbang kasih sayang dirumah yang kenyataannya mulai semu. Dialah remaja yang ingin memberontak. Pada akhirnya semesta mendukungnya kembali untuk keluar dari keburukan masa remaja.

Dialah Rama. Remaja setia kawan yang juga malu-malu mengadapi cintanya. Remaja yang sebenarnya memiliki hati yang baik tetapi salah dalam bergaul. Hingga akhirnya dia dapat keluar dari lingkaran setan yang telah  bersahabat dengannya. Tawuran, perkelahian, narkoba. Hingga akhirnya dilihatnya sisi positif lain dari sekolah. Prestasi, persahabatan, cinta dan beberapa guru yang juga benar benar peduli dengan muridnya.

***

Saya bukan Rama dengan kehidupan anak sekolah seperti dia. Tetapi saya juga membenci sekolah. Guru guru yang seharusnya merangkul kita justru mengkastakan kita dengan deretan nilai. Mereka yang seharusnya ramah terkadang juga hanya berbicara didepan menceramahi kita. Di sekolah, saya juga menemui banyak keburukan, dikenalkan pertama kali dengan kata-kata kasar dan video porno. Tak jarang teman teman saya juga tak bisa masuk karena teler meneguk minuman keras. Tak sedikit dari mereka yang berubah menjadi badung disekolah karena “contoh” dari rumah. Beberapa bercerita dengan saya tentang dinginya suasana rumah tetapi mereka tak dapat berbuat apapun. Sebagian menceritakan kisah cinta mereka. Walaupun begitu, saya juga memiliki contoh guru yang tanpa lelah menyemangati kami tanpa memandang deretan nilai dikertas ulangan atau raport kami.

Dan saya sependapat dengan Rama. Saya juga benci dengan sekolah. Yah kenyatannya justru disekolahlah saya belajar berbagai macam keburukan. Dan tidak sedikit kutemui guru guru yang justru tak patut menjadi panutan. Saya senang dengan tokoh Rama ini. Gejolak batin dalam dirinya sebagai remaja untuk menentukan mana yang baik dan mana yang buruk. Saat dia terpaksa harus memilih yang buruk tanpa memiliki kemampuan untuk keluar dari hal tersebut. Kami memiliki pandangan yang sama tentang sekolah. Sekolah adalah produk yang mempersempit cara pandang dan daya imajinasi kami.

Yah dialah Rama tokoh yang saya ceritakan. Penokohannya sesuai dengan realita saat ini. Pemberontakkanya mungkin tak dapat mengubah dunia seperti pahlawan lainnya. Tetapi saat pemberontakkannya merubahnya menjadi manusia yang lebih baik, itu juga menjadi kabar yang baik untuk perubahan dunia.

Best quote

Lagipula kadang kadang kita hanya butuh tertawa kan? tak peduli benar benar lucu atau tidak. Tawa seperti senyum, menular tanpa alasan yang selalu bisa dijelaskan  

~Fahd Djibran, 2013: 214~


Tokoh Rama Aditya Putra merupakan tokoh fiksi karya Fahd Djibran (Bondan Prakoso dan Fade2Black) dalam Novelnya ” Tak Sempurna” yang terbit tahun 2013. Diterbitkan oleh Kurniaesa Publishing : Jakarta Selatan.